Reportase Faktual, Manca || Rupanya, bukan hanya rakyat jelata yang punya urusan keluarga berliku.
Di balik gemerlap istana dan senyum diplomatik, keretakan keluarga Kerajaan Inggris kembali jadi sorotan dunia.
Kali ini, bintang utamanya bukan Pangeran Harry—melainkan sang paman, Pangeran Andrew, dan keponakannya yang tegas sekaligus berwibawa, Pangeran William.
Menurut laporan Sunday Times dan dikonfirmasi oleh Page Six, William dilaporkan berencana melarang Pangeran Andrew dari seluruh aktivitas kerajaan, baik publik maupun pribadi.
Artinya, ketika William kelak naik takhta menjadi Raja Inggris, pamannya itu tak akan mendapat undangan ke acara penobatan, upacara kenegaraan, atau bahkan makan malam resmi istana.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari “pembersihan reputasi” monarki Inggris—sebuah upaya menjaga citra kerajaan dari bayang-bayang skandal yang membelit Andrew sejak kasus Jeffrey Epstein mengguncang dunia.
Bagi William, keputusan ini bukan sekadar urusan pribadi. Ia menilai pamannya sebagai “ancaman reputasi” bagi monarki.
Kehadiran Andrew di acara kerajaan, kata sumber dekat, bisa memberikan pesan yang keliru—terutama bagi para korban kasus pelecehan seksual yang dikaitkan dengan Epstein.
“William tahu, setiap langkah anggota keluarga kerajaan kini diawasi ketat. Ia tak ingin monarki yang akan diwarisinya tercoreng oleh masa lalu Andrew,” tulis Sunday Times.
Tidak hanya Andrew, Sarah Ferguson, mantan istri Andrew yang masih sering muncul dalam beberapa kegiatan keluarga, juga dikabarkan akan ikut “dicoret” dari daftar undangan kerajaan.
Pada 18 Oktober 2025, Pangeran Andrew (65) mengumumkan keputusan mengejutkan.
Ia melepaskan seluruh gelar kerajaannya, termasuk Duke of York. Keputusan ini diambil setelah diskusi panjang dengan kakaknya, Raja Charles III, dan disebut berlaku segera.
Dalam pernyataannya yang dirilis Istana Buckingham, Andrew mengaku ingin menghindari agar tuduhan yang menimpanya tidak terus mengganggu pekerjaan Raja dan keluarga kerajaan.
Namun publik tahu, tekanan terhadapnya sudah menumpuk lama. Ia tidak hanya dikaitkan dengan Epstein, tetapi juga dengan seorang mata-mata asal Tiongkok yang diduga beroperasi di Inggris—isu yang membuat situasinya semakin rumit.
Sejak 2019, setelah wawancara “bencana” dengan BBC yang memperburuk citranya, Andrew praktis menghilang dari kehidupan publik.
Kini, meski masih berhak menyandang gelar “Pangeran” karena darah biru yang tak bisa dihapus, kehidupannya terasa kian sunyi.
Ia tetap tinggal di Royal Lodge, Windsor, di bawah perjanjian sewa pribadi, jauh dari sorotan kamera dan gemerlap pesta kerajaan.
Kedua putrinya, Putri Beatrice dan Putri Eugenie, tetap mempertahankan gelar mereka, tetapi sang ayah kini benar-benar berada di luar lingkaran istana.
Langkah tegas William ini menandai babak baru dalam arah monarki Inggris, lebih bersih, lebih selektif, dan lebih “korporat” dalam mengelola reputasi.
Tak lagi ada ruang bagi anggota keluarga yang membawa beban masa lalu, seberapa “darah biru” pun mereka.
Bagi sebagian orang, tindakan William ini tampak kejam. Namun bagi banyak pengamat, ini adalah cara seorang calon raja muda menunjukkan bahwa kerajaan modern bukan lagi sekadar simbol tradisi—tapi juga moralitas dan transparansi.
Dan mungkin, di balik senyum William yang selalu tenang di depan publik, tersimpan pesan keras untuk seluruh keluarga kerajaan.
“Siapa pun yang menodai nama monarki… tak peduli keluarga atau bukan, tak akan dibiarkan kembali ke istana.” (*)
Editor : RF1






