Reportase Faktual, Banyuwangi || Suasana Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan, Banyuwangi, berubah semarak Jumat sore (17/10/2025).
Lorong bambu yang biasanya menjadi tempat bersantai, kini disulap menjadi panggung peragaan busana penuh warna.
Puluhan anak, mulai dari usia balita hingga pelajar SMA, dengan percaya diri melenggang memamerkan busana batik kasual bermotif “Wader Kesit” dalam gelaran Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025.
Festival batik tahunan yang digagas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi ini bukan sekadar ajang fashion, melainkan perayaan warisan budaya lokal.
Lewat tema “Fashion Lorong Bambu”, BBF 2025 menghadirkan suasana yang akrab, alami, dan mengundang decak kagum pengunjung.
Menariknya, tahun ini BBF juga berkolaborasi dengan Bulan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember, memperluas jangkauan kegiatan agar tak hanya memperkenalkan batik khas Banyuwangi, tetapi juga mendorong literasi keuangan kreatif di kalangan masyarakat.
Perpaduan budaya dan edukasi ini menjadikan BBF 2025 bukan sekadar festival, melainkan simbol sinergi antara ekonomi, seni, dan kearifan lokal Banyuwangi.
Mereka dengan percaya diri membawakan busana batik bak peragawati profesional. Busana yang dikenakan ada yang merupakan desain dari desainer lokal hingga desain orang tua mereka.
“Tidak takut. Senang bisa tampil fashion show di sini,” celetuk Jeselin, gadis cilik berusia 4 tahun yang mendapatkan juara 2 kategori PAUD – TK.
Jeselin mendapat suport besar dari kedua orang tuanya. Bella Donna sang ibu mengaku senang Banyuwangi terus menyediakan panggung untuk anak-anak bisa berkreasi, termasuk fashion show batik.
“Senang karena Banyuwang banyak memberikan wadah untuk anak-anak menampilkan talentanya. Baru ikut modeling 4 bulan, tapi sudah terlihat minat dan bakatnya. Semoga ajang-ajang kreatif semacam ini banyak dibuat untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak mengembangkan bakatnya,” kata Bella Donna.
Bella mengaku melibatkan desainer Banyuwangi untuk membuat busana batik anaknya. Alsannya karena dia merasa penasaran bagaimana kain batik didesain menjadi baju kasual. “Ternyata bagus, dan menarik desainnya,” kata dia.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fietiandani menjelaskan bahwa BBF telah menjadi wadah pengembangan pelaku usaha batik di Banyuwangi. Mulai dari pengrajin batik, penjual batik, hingga desainer fashion Banyuwangi.
“Kegiatan ini bagian dari upaya pemberdayaan kepada para pelaku industri batik. Kita tantang mereka untuk menciptakan desain busana batik dan mengkreasikannya. Banyuwangi sejatinya kaya dengan motif batik kuno. BBF adalah cara untuk melestarikan batik kami,” kata Ipuk.
Sejak 2013, beragam motif kuno batik Banyuwangi telah diangkat pada ajang BBF. Mulai dari Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Kopi Pecah, Blarak Sempal, Sekar Jagad Blambangan, Cacing Sembrug, dan lainnya.
Ketua Asosiasi Batik Sekar Jagad Banyuwangi, Fitria menjelaskan bahwa tahun ini BBF mengangkat motif Wader Kesit. Wader merupakan ikan air tawar yang banyak ditemui di sungai-sungai di Banyuwangi.
“Wader Kesit ini menggambarkan karakter masyarakat Banyuwangi yang gesit (kesit), lincah, serta mampu beradaptasi dimanapun berada, seperti halnya ikan wader,” kata Fitria.
Aksi memukau para model dadakan ini memikat hati para pengunjung yang hadir. Salah satunya, Mathieu. Wisatawan asal Perancis ini mengaku senang bisa menyaksikan ajang ini. “Bagus. Saya suka. Anak-anak kecil tampil luwes memakai batik. Tidak berlebihan, semuanya tampil natural,” ucapnya.
Selain Fashion Lorong Bambu, rangkaian even BBF juga menggelar lomba mewarnai dan mencanting dan akan ditutup peragaan busana yang menampilkan puluhan karya desainer batik Banyuwangi besok Sabtu malam, 18 Oktober 2025. (*)
Editor : RF1
Sumber : Pemkab Banyuwangi






